Makalah Patologi Umum tentang Trauma


BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Trauma kepala adalah suatu trauma yang menganai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. Terjadinya trauma kepala biasanya dikarenakan oleh beberapa hal yaitu:
1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
3. Cedera akibat kekerasan.
Jenis trauma kepala terdiri dari robekan kulit kepala yang merupakan kondisi agak ringan dari trauma. Dan fraktur tulang tengkorak yang sering terjadi pada trauma kepala.
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
Respon umum terhadap trauma kepala:

  • Hilangnya kesadran kurang dari 30 menit atau lebih
  • Kebingungan
  • Irritable
  • Pucat
  • Mual dan muntah
  • Pusing kepala
  • Terdapat hematoma
  • Sukar untuk dibangunkan
  • Bila fraktur mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea)dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
  • Komplikasi yang terjadi:
  • Hemorrhagie
  • Infeksi
  • Edema

B. RUMUSAN MASALAH

  1. Pengertian trauma kepala?
  2. Jenis trauma kepala?
  3. Terjadinya ktrauma kepala?
  4. Responsel organ jaringan terhadap trauma kepala? 
  5. Respon umum terhadap trauma kepala?
  6. Komplikasi trauma kepala?

C. TUJUAN

  1. Mengetahui engertian trauma kepala
  2. Mengetahui jenis-jenis trauma kepala
  3. Mengetahui terjadinya ktrauma kepala
  4. Mengetahui responsel organ jaringan terhadap trauma kepala 
  5. Mengetahui respon umum terhadap trauma kepala
  6. Mengetahuin apa saja komplikasi yang ditimbulkan





BAB II PEMBAHASAN
TRAUMA KEPALA

A. PENGERTIAN
Trauma kepala adalah suatu trauma yang menganai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriaadi & Rita Yuliani, 2001). 
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan  Nilai Skala Glasgow (SKG):
1. Minor

  • SKG 13-15
  • Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
  • Tidak ada kontuiso tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.

2. Sedang

  • SKG 9-12
  • Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit atau kurang dari 24 jam.
  • Dapat mengalami fraktur tengkorak.

3. Berat

  • SKG 3-8
  • Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
  • Juga meliputi kontusi serebral, laserasi, atau hematoma intracranial.


B. JENIS TRAUMA KEPALA
1. Robekan kulit kepala
Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma kepala. Oleh karena itu kepala banyak mengandung banyak pembuluh darah dengan kurang memiliki kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma kepala dengan pendarahan hebat. Komplikasi utama dalam robekan  kepala ini adalah infeksi.

2. Fraktur tulang tengkorak
Fraktur tulang tengkorak sering terjadi pada trauma kepala. Beberapa cara untuk menggambarkan fraktur tulang tengkorak:

  • Garis patahan atau tekanan
  • Sederhana, remuk atau compound
  • Terbuka atau tertutup


C. TERJADINYA TRAUMA KEPALA
Terjadinya trauma kepala biasanya dikarenakan oleh beberapa hal yaitu:

  1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
  2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
  3. Cedera akibat kekerasan.

Pada trauma kepala biasanya terjadi fraktur tulang tengkorak terbuka atau tertutup. Fraktur tulang tengkorak yang terbuka atau tertutup bergantung pada keadaan robekan kulit atau  sampai menembus kedalam lapisan otak. Jenis dan kehebatan fraktur tulang tengkorak bergantung pada kecepatan pukulan, moentum, trauma langsung atau tidak.
Pada fraktur linear dimana fraktur terjadi pada dasar tengkorak biasanya berhubungan dengan  CSF. Rhinorrhea (keluarnya CSF dari hidung) atau otorrhea (CSF keluar dari mata). 
Ada dua metoda yang digunakan untuk menentukan keluarnya CSF dari mata atau hidung, yaitu melakukan test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya positif. Tetapi bila cairan bercampur dengan darah ada kecenderungan akan positif karena darah juga mengadung gula. Metoda kedua dilakukan yaitu  cairan ditampung dan diperhatikan gumpalan yang ada. Bila ada CSF maka akan terlihat darah berada dibagian tengah dari cairan dan dibagian luarnya nampak berwarna kuning mengelilingi darah (Holo/Ring Sign).
Komplikasi yang cenderung terjadi pada fraktur tengkorak adalah infeksi intracranial dan hematoma sebagai akibat adanya kerusakan menigen dan jaringan otak. Apabila terjadi fraktur frontal atau orbital  dimana cairan CSF disekitar periorbital (periorbital ecchymosis. Fraktur dasar tengkorak dapat meyebabkan ecchymosis pada tonjolan mastoid pada tulang temporal (Battle’s Sign), perdarahan konjunctiva atau edema periorbital.

D. RESPONSEL ORGAN JARINGAN TERHADAP TRAUMA KEPALA
1. Commotio serebral :
Concussion/commotio serebral  adalah keadaan dimana berhentinya sementara fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran, sehubungan dengan aliran darah ke otak. Kondisi ini biasanya  tidak terjadi kerusakan dari struktur otak dan merupakan keadaan ringan oleh karena itu disebut Minor Head Trauma. Keadaan phatofisiologi secara nyata  tidak diketahui. Diyakini bahwa kehilangan  kesadaran sebagai akibat  saat adanya stres/tekanan/rangsang pada  reticular activating system pada midbrain menyebabkan disfungsi elektrofisiologi sementara. Gangguan kesadaran terjadi  hanya beberapa detik atau beberapa jam.
Pada concussion yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas, pucat, bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat kesadaran. Amnesia segera akan terjadi. Manifestasi lain yaitu nyeri kepala, mengantuk,bingung, pusing, dan gangguan penglihatan seperti diplopia atau kekaburan penglihatan.

2. Contusio serebral
Contusio didefinisikan sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi perdarahan vena, kedua white matter dan gray matter mengalami kerusakan. Terjadi penurunan pH, dengan berkumpulnya  asam laktat dan menurunnya konsumsi oksigen yang dapat menggangu fungsi sel.
Contusio sering terjadi pada tulang tengkorak yang menonjol. Edema serebral dapat terjadi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan ICP. Edema serebral puncaknya dapat terjadi pada 12 – 24 jam setelah injury.
Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. Akan terjadi penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingat kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula terjadi hemiparese. Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema serebral.

3. Diffuse axonal injury.
Adalah injury pada otak dimana akselerasi-deselerasi injury dengan kecepatan tinggi, biasanya berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor sehingga terjadi terputusnya axon dalam white matter secara meluas. Kehilangan kesadaran berlangsung segera. Prognosis jelek, dan banyak klien meninggal dunia, dan bila hidup dengan keadaan persistent vegetative.

4. Injury Batang Otak
Walaupun perdarahan tidak dapat dideteksi, pembuluh darah pada sekitar midbrain akan mengalami perdarahan yang hebat pada midbrain. Klien dengan injury batang otak akan mengalami coma yang dalam, tidak ada reaksi pupil, gangguan respon okulomotorik, dan abnormal pola nafas.

5. Epidural hematoma.
Sebagai akibat  perdarahan pada lapisan  otak yang terdapat pada permukaan bagian dalam dari tengkorak. Hematoma epidural sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergensi dan biasanya berhubungan dengan linear fracture yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematoma berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematoma terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk kedalam  ruang epidural. Bila terjadi perdarahan arteri maka  hematoma akan cepat terjadi. Gejalanya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual dan muntah. Klien diatas usia 65 tahun dengan peningkatan ICP berisiko lebih tinggi meninggal dibanding usia lebih mudah.

6. Subdural Hematoma
Terjadi  perdarahan antara dura mater dan lapisan arachnoid pada lapisan meningen yang membungkus otak. Subdural hematoma biasanya sebagai akibat adanya injury pada otak dan pada pembuluh darah. Vena yang mengalir pada permukaan otak  masuk kedalam sinus sagital merupakan sumber terjadinya subdural hematoma. Oleh karena subdural hematoma berhubungan dengan kerusakan vena, sehingga hematoma terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi bila disebabkan oleh kerusakan arteri maka kejadiannya secara cepat. Subdural hematoma dapat terjadi secara akut, subakut, atau kronik.
Setelah terjadi perdarahan vena, subdural hematoma nampak membesar. Hematoma menunjukkan tanda2 dalam waktu 48 jam setelah injury. Tanda lain yaitu  bila terjadi konpressi jaringan otak maka akan terjadi peningkatan ICP menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan nyeri kepala.  Pupil dilatasi. Subakut  biasanya terjadi  dalam waktu 2 – 14 hari setelah injury.
Kronik subdural hematoma terjadi  beberapa minggu atau bulan setelah  injury.  Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan memory merupakan masalah kesehatan yang berhubungan dengan subdural hematoma.

7. Intracerebral Hematoma.
Terjadinya pendarahan dalamn parenkim yang terjadi rata-rata 16 % dari head injury. Biasanya terjadi pada  lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan ruptur pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi injury. Akibat robekan intaserebral hematoma atau intrasebellar hematoma akan terjadi  subarachnoid hemorrhage.

8. Collaborative Care.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memonitor hemodinamik dan mendeteksi edema serebral. Pemeriksaan gas darah guna mengetahui kondisi oksigen dan CO2. Oksigen yang adekuat sangat diperlukan untuk mempertahankan metabolisma serebral. CO2 sangat beepengaruh untuk mengakibatkan vasodilator yang dapat mengakibatkan edema serebral dan peningkatan ICP. Jumlah sel darah, glukosa serum dan elektrolit diperlukan untuk memonitor kemungkinan adanya infeksi atau kondisi yang berhubungan dengan lairan darah serebral dan metabolisma.
CT Scan diperlukan untuk mendeteksi adanya contusio atau adanya diffuse axonal injury. Pemeriksaan lain adalah MRI, EEG, dan lumbal functie untuk mengkaji kemungkinan adanya perdarahan.
Sehubungan dengan contusio, klien perlu diobservasi 1 – 2 jam di bagian emergensi. Kehilangan tingkat kesadaran terjadi lebih dari 2 menit, harus tinggal rawat di rumah sakit untuk dilakukan observasi.
Klien yangmengalami DAI atau cuntusio sebaiknya tinggal rawat di rumah sakit dan dilakukan observasi ketat. Monitor tekanan ICP, monitor terapi guna menurunkan edema otak dan mempertahankan perfusi otak.
Pemberian kortikosteroid seperti hydrocortisone atau dexamethasone dapat diberikan untuk menurunkan inflamasi. Pemberian osmotik diuresis seperti mannitol digunakan untuk menurunkan edema serebral.
Klien dengan trauma kepala yang berat diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal dan mencegah kecacatan yang nmenetap. Dapat juga diberikan infus, enteral atau parenteral feeding, pengaturan posisi dan ROM exercise untuk mensegah konraktur dan mempertahankan mobilitas.

E.RESPON UMUM TERHADAP TARUMA KEPALA

  • Hilangnya kesadran kurang dari 30 menit atau lebih
  • Kebingungan
  • Irritable
  • Pucat
  • Mual dan muntah
  • Pusing kepala
  • Terdapat hematoma
  • Sukar untuk dibangunkan
  • Bila fraktur mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea)dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

F. KOMPLIKASI

  • Hemorrhagie
  • Infeksi
  • Edema
  • Herniasi

Untuk melakukan pemeriksaan penunjang terhadap trauma dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

  • Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)
  • Rotgen foto
  • CT scan
  • MRI

Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:

  1. Observasi 24 jam
  2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
  3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
  4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
  5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
  6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
  7. Pemberian obat-obat analgetik.


BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Trauma kepala adalah suatu trauma yang menganai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. Terjadinya trauma kepala biasanya dikarenakan oleh beberapa hal yaitu:

  1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
  2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
  3. Cedera akibat kekerasan.

Jenis trauma kepala terdiri dari robekan kulit kepala yang merupakan kondisi agak ringan dari trauma. Dan fraktur tulang tengkorak yang sering terjadi pada trauma kepala.
Respon umum terhadap trauma kepala:

  • Hilangnya kesadran kurang dari 30 menit atau lebih
  • Kebingungan
  • Irritable
  • Pucat
  • Mual dan muntah
  • Pusing kepala
  • Terdapat hematoma
  • Sukar untuk dibangunkan
  • Bila fraktur mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea)dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.


Untuk selengkapnya silahkan download file pdf nya di Makalah Patologi (Trauma).pdf
Description: Makalah Patologi Umum tentang Trauma
Rating: 4.5
Reviewed by: CasN
On: 5:44 pm
TOP